Kamis, 16 Oktober 2014

SEMANGAT DI HARI PEMUDA






Berbicara tentang bulan Oktober, pasti ada yang tau ada apa dengan bulan tersebut? Atau malah tidak tahu sama sekali? Astaga..!! sebagai warga negara yang baik, sungguh disayangkan bila tak tahu ada apa gerangan dengan bulan Oktober tersebut. Ingatkah dengan perjuangan anak bangsa dimasa lalu? Pasti anak bangsa sekalian tahu apa maksud semua itu. Yup! Bulan Oktober adalah hari Sumpah Pemuda. Semua orang bertanya-tanya, Sumpah Pemuda? Apa ada hubungannya dengan ‘Sumpeh Loh?’ Ya jelas tidak! Lalu, ada kaitannya dengan tanggal 28 oktober 1928? Tentu ada.

Alasannya.. karena ditanggal 28 Oktober tepatnya 86 tahun yang lalu, kita sebagai anak bangsa telah melalui suatu peristiwa penting yang dinamakan sebagai hari ‘Sumpah Pemuda’. Saat itu, sebuah pertemuan yang dinamakan Kongres Pemuda II DIGELAR. Pertemuan ini pun dihadiri oleh perwakilan-perwakilan tiap daerah dan dari berbagai latar belakang golongan yang sangat mendasar karena untuk memenuhi kebutuhan saat itu. Dan dalam kongres itu pula, lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan oleh W.R. Supratman didepan banyak orang peserta kongres.

Proses kelahiran bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi megangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli. Tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Lalu, masih ada yang ingatkah akan isi dari Sumpah Pemuda yang sangat fenomenal tersebut? Mari kita mengingat kembali akan teks dari sumpah pemuda tersebut :

  • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
  • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
  • Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sebagai penerus bangsa, apa yang kalian rasakan? Yup, Belajar dari Sumpah Pemuda, ada catatan sejarah yang sangat beharga didalamnya. Butir-butir dalam teks tersebut tidak hanya semata-mata disusun untuk menjadi hasil yang membantu kaum muda menjawab kebutuhan kemerdekaan dari penjajahan saat itu. Melainkan lebih dari itu, Sumpah Pemuda telah menjadi semangat yang terus terpatri dalam sanubari para pemuda waktu itu. Suatu semangat yang dibangun atas dasar kesamaan nasib dan cita-cita. Yang kemudian dibungkus dengan komitmen untuk senasib sepenanggungan sebagai suatu bangsa, satu tanah air yang pertama-tama ditandai dengan disepakatinya bahasa universal antar bangsa, yakni bahasa Indonesia.

Ada apa dengan bahasa Indonesia? Jawabannya, karena saat itu bahsa Indonesia diresmikan menjadi bahasa negara dan menjadi bahasa persatuan dari sekian ratus bahasa daerah. Menurut Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak, seorang arkeolog ternama dan yang juga Ketua Ikatan Ahli Arkeolog Indonesia (IAAI), bahasa Melayu dan ratusan bahasa daerah lainnya di nusantara sebenarnya berakar dari bahasa ‘Austronesia’ yang mulai muncul sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Penyebaran penutur bahasa Austronesia merupakan fenomena besar dalam sejarah umat manusia karena sebagai suatu rumpun bahasa, Austronesia merupakan yang terbesar didunia, meliputi 1.200 bahsa dan dituturkan oleh hampir 300 juta populasi. Masyarakat penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15.000 km meliputi lebih dari separuh bola bumi, yaitu dari Madagaskar dibarat hingga Pulau Paskah diujung timur, dari Taiwan-Mikronesia diutara hingga Selandia Baru di Selatan. Dan dari bahasa itulah, membutuhkan banyak waktu untuk bertransformasi menjadi bahasa Indonesia yang biasa kita gunakan sekarang.

Saat ini, bahasa Indonesia sudah sangat kompleks karena penuturannya tidak hanya hidup dengan sukunya masing-masing dan beradaptasi dengan rumpun bahasa dunia lainnya seperti dari India, Arab, Portugis, Belanda dan Inggris.

Lalu akan kemanakah arah perkembangan bahasa Indonesia? Apakah akan tetap eksis dan bahkan bisa ‘mengalahkan’ bahasa Inggris yang sudah mendunia, misalnya? Atau malah menghilang karna proses disintegrasi bangsa. Terlebih lagi, di era saat ini perlahan bahasa Indonesia sudah hampir dilupakan. Kata-kata baku yang kerap diplesetka, seperti kata ‘Serius’ yang menjadi ‘Ciyus’ kerap terdengar di kehidupan sehari-hari. Sebagai bangsa negara yang baik, kita sangat berharap bahasa Indonesia terus dilestarikan. Mari kita tetap bersatu. Apa pun etnismu, apapun bahasa daerahmu, apapun warna kulitmu, apapun agamamu, apapun sukumu, apapun template blogmu.. Mari kita tetap senantiasa menyuarakan...


‘SATU NUSA! SATU BANGSA! SATU BAHASA! INDONESIA!!!”

Kamis, 09 Oktober 2014

KARTUN KOREA SUPERSEREM #1: HANTU BONG CHEONG DONG

 

 


KOREAN SCARY MANGA



Mimin menemukan link kartun ini di sebuah forum. Kyaaaa…serem banget sumpah! Ampe merinding bacanya *ampe pas nulis postingan ini aja masih merinding*. Ceritanya ada yang pake bahasa Korea dan Inggris, tapi kalian nggak perlu bisa bahasa Korea kok buat ngerti ceritanya dan ketakutan setengah mati. Saran mimin sih ceritanya di-scroll down pelan2…biar tambah meresap gitu tiap gambarnya. Oya, jangan lupa nyalakan speaker kalian, soalnya bakal ada effect suara yang bikin lebih gimana gitu.

Mimin juga sudah menambahkan terjemahannya dalam bahasa Indonesia di bagian bawah postingan ini, tapi ingat baik2: BACA TERJEMAHAN INI SETELAH KALIAN MELIHAT KOMIKNYA!!! Nggak greget soalnya kalo kalian baca terjemahannya dulu.

Peringatan: membaca komik ini bisa membuat jerit2 bahkan kencing di celana. Just prepare yourself!

Silakan dibaca dulu komiknya di link berikut ini:

http://comic.naver.com/webtoon/detail.nhn?titleId=350217&no=31&weekday=tue (versi bahasa Inggris)

.



.



.




.




.



.


.



.

Gimana serem banget khan? Ini dia terjemahannya biar kalian nggak penasaran.


HANTU BONG CHEONG DONG
 
Kisah di bawah ini didasarkan pada kisah nyata.
Saat itu mungkin sekitar pukul 11.20 malam. Aku sedang berjalan pulang ke rumah setelah mengikuti les hingga malam hari. Malam itu aku tak melihat siapapun. Menurutku itu aneh, sebab kompleks apartemenku cukup luas dan biasanya aku melihat banyak orang lalu lalang walaupun hari sudah malam.
Suasana itu membuatku sedikit takut sehingga aku hanya berjalan sambil menundukkan kepala ke tanah.
Kemudian aku melihat sebuah bayangan bergerak ke arahku. Padahal seingatku di sana tak ada siapapun.
Ketika aku mendongakkan kepalaku ...
Aku melihat seorang wanita berjalan di depanku. Namun ada sesuatu yang salah dengan wanita ini ....
Aku bisa melihat bahwa ia sedikit cacat. Dia berjalan terpincang-pincang.
Dia berjalan sangat pelan sehingga lama-kelamaan aku semakin dekat dengannya. Kini, aku bisa melihatnya 
dengan semakin jelas.
Dia mengenakan piyama pink yang kotor dan terlihat seakan-akan setiap sendi di tubuhnya telah patah 
dan memutar ke arah yang salah..
Wanita itu terlihat amat mengerikan, jadi aku memutuskan berhenti berjalan.
Aku merasa seharusnya aku tidak mendekatinya, dan aku juga tak punya nyali untuk melewatinya.
(Wanita itu menoleh. Lehernya berputar)
Mereka mengatakan, jika kau benar2 ketakutan, kau takkan mampu berteriak dan hanya diam membeku di sana.
“Dimana anakku?”
Pertanyaannya membuat otakku berpikir kencang
Aku tak tahu mengapa saat itu aku melakukannya. Dan hingga sekarang, itu masih membuatku takut.
Aku menunjuk sejauh mungkin dan menjawab, “Di sebelah sana ...”
Saat itu aku hanya ingin membuatnya pergi sejauh mungkin.
Dia berjalan terpincang-pincang ke arah yang kutunjuk.
Dan aku tak melihatnya lagi ...
Aku tak mau bertemu dengannya lagi, jadi aku berbalik dan berjalan secepatnya meninggalkan kompleks apartemen itu.
Aku tak mampu memikirkan hal lain selain pergi secepatnya dari situ dan berada di tempat yang ramai.
Lalu ...
“DIA TAK ADA DI SANA!!!” (wanita itu berlari ke arahmu)
Aku tak ingat apapun setelah itu. Aku mendengar bahwa tetanggaku menemukanku pingsan dan membawaku pulang.

Pada 2007, di sebuah apartemen di Boncheon-Dong, Gwna-Ak-Gu, Seoul, seorang wanita berusia 33 tahun melompat dari balkon apartemennya dan meninggal seketika. Cho, yang bercerai dengan suaminya, telah kehilangan hak asuh anaknya dan memutuskan bunuh diri.

Dia sering terlihat berjalan di sekitar kompleks apartemen setelah kematiannya. Dia berjalan bertelanjang kaki dan mengenakan piyama yang sama dengan yang ia kenakan saat ia mengakhiri hidupnya. Semua sendi di tubuhnya telah patah dan penampakannya sangatlah mengerikan.