Berbicara
tentang bulan Oktober, pasti ada yang tau ada apa dengan bulan tersebut? Atau
malah tidak tahu sama sekali? Astaga..!! sebagai warga negara yang baik,
sungguh disayangkan bila tak tahu ada apa gerangan dengan bulan Oktober
tersebut. Ingatkah dengan perjuangan anak bangsa dimasa lalu? Pasti anak bangsa
sekalian tahu apa maksud semua itu. Yup! Bulan Oktober adalah hari Sumpah
Pemuda. Semua orang bertanya-tanya, Sumpah Pemuda? Apa ada hubungannya dengan
‘Sumpeh Loh?’ Ya jelas tidak! Lalu, ada kaitannya dengan tanggal 28 oktober
1928? Tentu ada.
Alasannya..
karena ditanggal 28 Oktober tepatnya 86 tahun yang lalu, kita sebagai anak
bangsa telah melalui suatu peristiwa penting yang dinamakan sebagai hari ‘Sumpah
Pemuda’. Saat itu, sebuah pertemuan yang dinamakan Kongres Pemuda II DIGELAR.
Pertemuan ini pun dihadiri oleh perwakilan-perwakilan tiap daerah dan dari
berbagai latar belakang golongan yang sangat mendasar karena untuk memenuhi
kebutuhan saat itu. Dan dalam kongres itu pula, lagu Indonesia Raya pertama
kali dikumandangkan oleh W.R. Supratman didepan banyak orang peserta kongres.
Proses
kelahiran bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang
selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu,
kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu
untuk membulatkan tekad demi megangkat harkat dan martabat hidup orang
Indonesia asli. Tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia
hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus
1945.
Lalu,
masih ada yang ingatkah akan isi dari Sumpah Pemuda yang sangat fenomenal
tersebut? Mari kita mengingat kembali akan teks dari sumpah pemuda tersebut :
- Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
- Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
- Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sebagai
penerus bangsa, apa yang kalian rasakan? Yup, Belajar dari Sumpah Pemuda, ada
catatan sejarah yang sangat beharga didalamnya. Butir-butir dalam teks tersebut
tidak hanya semata-mata disusun untuk menjadi hasil yang membantu kaum muda
menjawab kebutuhan kemerdekaan dari penjajahan saat itu. Melainkan lebih dari
itu, Sumpah Pemuda telah menjadi semangat yang terus terpatri dalam sanubari
para pemuda waktu itu. Suatu semangat yang dibangun atas dasar kesamaan nasib
dan cita-cita. Yang kemudian dibungkus dengan komitmen untuk senasib sepenanggungan
sebagai suatu bangsa, satu tanah air yang pertama-tama ditandai dengan
disepakatinya bahasa universal antar bangsa, yakni bahasa Indonesia.
Ada
apa dengan bahasa Indonesia? Jawabannya, karena saat itu bahsa Indonesia
diresmikan menjadi bahasa negara dan menjadi bahasa persatuan dari sekian ratus
bahasa daerah. Menurut Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak, seorang arkeolog
ternama dan yang juga Ketua Ikatan Ahli Arkeolog Indonesia (IAAI), bahasa
Melayu dan ratusan bahasa daerah lainnya di nusantara sebenarnya berakar dari
bahasa ‘Austronesia’ yang mulai muncul sekitar 6.000-10.000 tahun lalu.
Penyebaran penutur bahasa Austronesia merupakan fenomena besar dalam sejarah
umat manusia karena sebagai suatu rumpun bahasa, Austronesia merupakan yang
terbesar didunia, meliputi 1.200 bahsa dan dituturkan oleh hampir 300 juta
populasi. Masyarakat penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15.000 km
meliputi lebih dari separuh bola bumi, yaitu dari Madagaskar dibarat hingga
Pulau Paskah diujung timur, dari Taiwan-Mikronesia diutara hingga Selandia Baru
di Selatan. Dan dari bahasa itulah, membutuhkan banyak waktu untuk
bertransformasi menjadi bahasa Indonesia yang biasa kita gunakan sekarang.
Saat
ini, bahasa Indonesia sudah sangat kompleks karena penuturannya tidak hanya
hidup dengan sukunya masing-masing dan beradaptasi dengan rumpun bahasa dunia
lainnya seperti dari India, Arab, Portugis, Belanda dan Inggris.
Lalu
akan kemanakah arah perkembangan bahasa Indonesia? Apakah akan tetap eksis dan
bahkan bisa ‘mengalahkan’ bahasa Inggris yang sudah mendunia, misalnya? Atau
malah menghilang karna proses disintegrasi bangsa. Terlebih lagi, di era saat
ini perlahan bahasa Indonesia sudah hampir dilupakan. Kata-kata baku yang kerap
diplesetka, seperti kata ‘Serius’ yang menjadi ‘Ciyus’ kerap terdengar di
kehidupan sehari-hari. Sebagai bangsa negara yang baik, kita sangat berharap
bahasa Indonesia terus dilestarikan. Mari kita tetap bersatu. Apa pun etnismu,
apapun bahasa daerahmu, apapun warna kulitmu, apapun agamamu, apapun sukumu,
apapun template blogmu.. Mari kita tetap senantiasa menyuarakan...
‘SATU
NUSA! SATU BANGSA! SATU BAHASA! INDONESIA!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar